TIPS AND TRIK BERMAIN DI DUNIA MAYA,CHATT,HOBBY

Follow Us on Twitter

BAGAIMANA MAKHLUK HALUS MENUNJUKAN EKSISTENSINYA?...

Oleh: B DJOKO SUBINARTO

Setidaknya, ada 4 cara makhluk halus menunjukkan keberadaannya kepada kita. Apa dan bagaimanakah keempat cara tersebut…?

Keberadaan makhluk-makhluk halus di sekitar kita sangat boleh jadi merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan kita dapat saja menjadi tanda bahwa keberadaan makhluk-makhluk halus itu memang ada. Persoalannya adalah, bagaimana persisnya makhluk-makhluk halus itu menunjukkan kepada kita ihwal keberadaan mereka selama ini di sekitar kita?

Ada paling tidak empat medium (cara) bagaimana makhluk halus menunjukkan ihwal keberadaannya di sekitar kita. Keempat medium itu adalah sebagai berikut:

1. Visual

Dalam hal ini, makhluk halus menampakkan kepada kita secara visual. Secara demikian, kita melihat langsung wujudnya. Penampakan secara visual ini bisa secara terang-terangan atau juga secara samar-samar. Secara terang-terangan umpamanya saja adalah tatkala makhluk halus itu menampakkan kepada diri kita dalam wujud anak-anak, wanita dewasa, orangtua atau dalam wujud-wujud lain.

Sementara itu, secara samar-samar, makhluk halus itu menunjukkan keberadaannya kepada kita dalam wujud sekelebat bayangan atau gerakan sesosok tubuh tertentu atau kilatan cahaya. Penampakan secara samar-samar makhluk halus juga sering melibatkan benda-benda tertentu. Misalnya saja, lampu yang tiba-tiba menyala dan kemudian mati sendiri. Atau misalnya, piring, gelas atau benda-benda lain yang tiba-tiba saja bisa berpindah tempat, tanpa ada seorang pun yang telah memindahkannya.

2. Aroma

Makhluk halus kerap pula menggunakan aroma (bau-bauan) untuk menunjukkan keberadaannya kepada kita. Harum bunga adalah di antaranya. Misalnya, ketika di sebuah ruangan tiba-tiba saja hidung kita mencium aroma bunga yang sangat menyengat. Padahal, kita mengetahui tidak ada orang sama sekali yang memasang/menaruh bunga di ruang itu atau di sekitar ruangan itu.

3. Rabaan dan sentuhan

Keberadaan makhluk halus dapat juga ditandai dengan terjadinya rabaan atau sentuhan. Contohnya saja, ketika kita berada sendirian di sebuah ruangan, lantas sekonyong-konyong kita merasakan pundak atau tengkuk kita ada yang meraba atau menyentuh. Hembusan angin yang tiba-tiba saja terasa di sebelah kita pada saat kita berada di sebuah ruangan yang tertutup bisa juga merupakan salah satu pertanda adanya makhluk halus di ruangan itu yang sedang menunjukkan keberadaannya kepada kita.

4. Suara

Suara juga lazim menjadi alat bagi makhluk halus untuk menunjukkan keberadaannya. Jangan kaget, misalnya, ketika di tengah malam sunyi kita tiba-tiba dikejutkan oleh suara gemericik air dari arah kamar mandi yang menandakan adanya seseorang yang sedang mandi. Namun, tatkala kita memeriksa kamar mandi tersebut, tidak ada seorang pun dijumpai di sana. Atau lain kesempatan, di malam hening, mungkin kita mendengar bunyi gaduh suara gelas serta piring dari arah dapur. Begitu kita menengok ke sana, kita tidak menjumpai sebatang hidung pun, hanya sekilas kita melihat kelebatan sinar yang langsung raib begitu saja….

Selain dengan keempat medium tadi, makhluk halus mungkin pula menunjukkan keberadaannya dengan medium yang lainnya. Umpamanya saja melalui medium mimpi. Nah, soal bagaimana makhluk halus menunjukkan keberadaannya lewat mimpi, insya Allah akan Misteri paparkan dalam tulisan berikutnya.
Selengkapnya...klik disini>>>>
Category: 0 komentar

RITUAL PAMER PAYUDARA

OLEH : BUDIONO DAYAK
Ritual pamer payudara di umbul manding.

Ada larangan tak tertulis bagi kaum perempuan yang mandi di sumber air yang dikeramatkan ini. Mereka dilarang menutupi payudaranya. Alhasil, ritual pamer payudara pun semarak. Terutama di malam Jum’at Legi….


Ritual PayudaraUmbul Manding sumber air bersih yang ada di Desa Semanding, Keca. Pucanglaban, Kab. Tulungagung, Jawa Tengah. Sejak dulu debit air di tempat ini memang besar. Bahkan, saat kemarau panjang sekalipun, umbul ini tak pernah kekurangan air.

Karena debit airnya yang relatif besar dan bersih, maka sumber air ini sejak dulu dimanfaatkan warga Desa Semanding dan sekitarnya. Terutama untuk masak, mandi, mencuci, bahkan untuk mengairi sawah. Maklum saja, Umbul Manding memang berada di daerah pegunungan yang amat sulit air.

Yang dapat dikatakan unik, tempat yang biasanya digunakan untuk mandi sejak dulu sengaja dibiarkan terbuka. Tidak ditutupi apa-apa. Padahal, yang mandi disitu tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Mereka berbaur menjadi satu untuk mandi bersama.

Adakah rasa kikuk atau malu pada diri mereka? Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan, maka tidak ada yang merasa malu jika dilihat orang, terutama lawan jenis. Bahkan kalau kaum perempuan sedang mandi mereka sama sekali tidak perlu merasa repot menyembunyikan payudaranya. Bahkan, ada kesan payudara itu sengaja dipamerkan.

Karena ritual mandi telanjang dada ini, maka siapa saja yang kebetulan lewat bisa melihat dengan jelas payudara wanita-wanita desa setempat.

Dilihat dari dekat, masyarakat Desa Semanding memang tergolong masih kolot. Contohnya, warga di sana masih percaya dengan berbagai kepercayaan kuno. Umpamanya, perawan sebelum datang bulan yang pertama, giginya harus dipungur. Alasannya, kalau sudah datang bulan payudaranya supaya cepat besar. Kalau sudah begitu, perawan tersebut biar cepat laku.

Kenapa tempat mandi di Umbul Manding dibiarkan terbuka? Dan, kenapa juga kalau mandi kaum perempuan harus bertelanjang dada?

Rupanya hal ini berkaitan dengan sebuah legenda masyarakat Semanding. Mereka percaya dengan kisah perawan desa yang bernama Srikunti.

Alkisah, beberapa puluh tahun silam, Srikunti ikut daftar jadi calon PNS. Ternyata dia diterima. Bahkan kemudian bunga desa ini menjadi guru di SD Semanding.

Walau Srikunti sudah menjadi guru namun dia tidak berubah. Terhadap siapa saja dia tetap tidak membeda-bedakan. Sehingga banyak orang yang simpati kepadanya. Salah satunya adalah mandor hutan yang bernama Basman. Cinta Basman diterima Srikunti. Keduanya berjanji akan hidup bersama.

Akhirnya setelah menikah, Srikunti diboyong Basman ke rumah orang tuanya yang juga ada di Desa Semanding. Mula-mula penganten ini hidup rukun. Srikunti sendiri waktu itu sudah kerasan hidup di rumah mertuanya.

Tetapi yang namanya hidup berrumah tangga ada saja rintangannya. Suatu ketika Srikunti mendengar kabar kalau suaminya suka mabuk-mabukkan. Walau dia sudah mengingatkan, suaminya tetap saja tidak mau mendengar. Hampir setiap hari Basman malah pulang sempoyongan karena mabuk.

Karena merasa kecewa, diam-diam Srikunti nekad pergi meninggalkan rumah. Supaya tidak terlihat orang setelah Maghrib dia baru berangkat. Namun setelah dia sampai di Umbul Munding malah berhenti. Lalu dia duduk di tepi umbul. Angan-angannnya pergi entah kemana. Dia teringat orang tuannya dan adik-adiknya. Hatinya susah.

Tidak terasa, sudah begitu lama Srikunti duduk melamun di tepi umbul. Sewaktu dia akan meninggalkan umbul, tiba-tiba dari dalam air muncul seorang puteri yang naik bulus raksasa. Sang putri menghampiri Srikunti.

“Kamu jangan mupus (putus asa) dan harus tetap tabah,” kata puteri itu. “Aku datang mau menolong kamu. Sekarang pulanglah ke rumah orang tuamu. Sediakan bunga tujuh warna. Besok bawa ke sini. Apa yang kamu minta bakal kesampaian,” sambungnya.

Setelah berkata begitu, puteri cantik tadi hilang entah kemana. Yang kelihatan di depan Srikunti tinggal bulus yang tadi dinaiki sang puteri.

Sementara itu, di rumah Basman bingung mencari isterinya. Sudah dicari kemana-mana tapi tidak ada.

Waktu tengah malam, Basman mendengar kabar kalau ada seorang wanita pingsan di dekat Umbul Munding. Dia cepat-cepat pergi kesana. Ternyata, wanita yang pingsan di dekat umbul adalah isterinya.

Setelah sadar, Srikunti menceritakan apa yang dialaminya. Mendengar kisah Srikunti, muncul kepercayaan dia sudah dibawa pergi siluman Bulus Putih. Sementara, Basman berjanji tidak akan mabuk-mabukan lagi.

Srikunti menjalankan pesan putri gaib yang menemuinya. Dia menyediakan bunga tujuh warna. Setelah itu, dibawa ke umbul dengan ditemani Basman, suaminya.

Keduanya menunggu datangnya sang puteri. Tetapi di tunggu sampai jauh malam sang puteri tak kunjung datang.

“Apakah sang puteri menipu saya, sehingga dia tidak datang?” Gumam Srikunti.

Karena tidak ada tanda-tanda sang putri akan datang, Srikunti dan Basman memutuskan meninggalkan umbul. Tetapi baru saja melangkah, tiba-tiba terdengar ada suara yang memanggil mereka.

“Kalau kamu ingin harta banyak jangan tergesa-gesa!” Kata suara dari dalam umbul.

“Kamu siapa?” Tanya Srikunti.

“Saya siluman Bulus Putih yang menunggu Umbul Manding.”

Srikunti dan Basman terdiam. Di hadapan mereka tampak sesosok putri cantik jelita.

“Kalau kamu ingin kaya, jaga umbul ini supaya sumbernya tetap besar!” Kata sang putri lagi.

“Bagaimana caranya?” Tanya Srikunti.

“Caranya gampang. Semua wanita yang di sini kalau mandi jangan ada yang menutupi payudara. Sebab, kalau ada yang berani menutupi payudaranya, siluman Bulus Putih akan marah.”

Setelah memberi pesan demikian, sang putri menghilang.

Entah bagaimana, cerita dari mulut ke mulut ini akhirnya dipercaya oleh banyak orang. Terutama warga Desa Semanding dan sekitarnya.

Ya, karena masih banyak yang percaya, sampai sekarang masih banyak orang yang ngalap berkah ke Umbul Manding. Apa lagi kalau malam Jum’at Legi, banyak warga luar Desa Semanding yang datang. Mereka melakukan ritual pamer payudara.

Pemandangan unik bisa saja kita saksikan. Selepas mandi dari Umbul Manding, banyak yang pulang dengan telanjang dada. Payudaranya dibiarkan dilihat orang. Ah, ada-ada saja!
Selengkapnya...klik disini>>>>
Category: 0 komentar

KISAH KHUSUK DAN KHIDMATNYA BANGSA JIN DALAM MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN

Oleh : Idris Nawawi

Kekhusyukan dan kekhidmatan bangsa jin dalam menyambut bulan suci Ramadhan sungguh teramat menakjubkan. Seperti apakah gambarannya…?

Semerbak wangi kasturi yang dihembuskan lewat semilir angin surgawi, memancarkan cahaya nuraniyah semua sifat alam, sebagai suatu penghormatan dari seluruh mahluk yang diciptakanNya. Semesta alam bertahmil dan bertahmid dalam kebesaranNya, menyambut datangnya bulan suci yang penuh pahala dan keberkahan.
Keindahan dan kemuliaan di dalam bulan ini sesungguhnya sebagai pengangkat derajat bagi semua hamba yang beriman. Para malaikat, ahli surga, bangsa jin serta para manusia saling berlomba dalam mengisi keimanan hati lewat pujian serta lantunan ayat suci Al Qurían, yang menggema keberbagai belahan jagat raya.
Malam Lailatul Qodar dengan sejuta kenikmatan, menjelma pula turun ke bumi di bulan nan mulia ini. Semua malaikat bersujud syukur mendo’akan semua manusia agar di hari akhir nanti, mereka mendapatkan syafa’at dari Nabi Muhammad SAW.Dari berbagai kenikmatan yang ada di bulan suci Ramadhan, Allah SWT juga memberikan keistimewaan bagi para ahli siksa kubur. Konon, mereka yang di masa hidupnya sebagai seorang durjana, munafik, para dholim dan sebagainya, dan dari kekhilafan yang mereka perbuat sehingga Allah SWT menyiksanya dengan panasnya api neraka serta cambuk ganas sang malaikat Munkar dan Nakir, namun berkat kesucian dan safa’at bulan suci ini, mereka semua diangkat dan diberhentikan dari semua kepedihan siksa kubur.
Lantas, untuk siapakah bulan sejuta pahala ini diciptakan? Tentu tiada lain, untuk semua makhluk yang banyak berbuat maksiat, tarutama dalam hal ini adalah jin dan manusia. Karena sesunggunya Allah SWT sangat mencintai semua hambanya agar terhapus segala dosa dan kesalahan, maka Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menghadirkan bulan suci yang penuh syafa’at ini. Semoga kita semua terhindar dari azab siksa kubur yang sangat mengerikan.
Dalam Al Qur’an Allah SWT menerangkan firmanNya lewat sebuah ayat yang berbunyi: “WAMAA KHOLAKTUL JINNA WAL INSA ILLAA LIYA’BUDUUN.” Yang kurang lebih artinya: “Sesungguhnya Allah menciptakan adanya makhluk bumi antara jin dan manusia tiada lain hanya untuk beribadah kepadaKu.”
Dari arti ayat tersebut sudah jelas sekali bahwa baik bangsa jin maupun manusia banyak sekali kekurangan dalam hal beribadah, sehingga Allah SWT memperingatkan keduanya untuk selalu beriman, bertakwa, dan selalu berada di jalan yang di ridhoiNya.
Kini pertanyaannya, samakah ibadahnya antara bangsa jin dengan manusia itu?
Dalam hal ketakwaan maupun ibadah, semua tidak ada perbedaan. Dengan kata lain, baik bangsa jin maupun manusia sama memegang hukum Islam dari ajaran Nabiyullah Muhammad SAW, yaitu akidah syara’iah dan akidah tauhid. Hanya saja karena keterbatasan dari perbedaan kondisi alam dan dimensi kehidupan, maka membuat manusia seperti kita tidak pernah mengerti akan segala aktifitas bangsa jin, karena memang makhluk yang tidak kasat mata.
Kisah-kisah mengenai bangsa jin sendiri banyak disinggung di berbagai “Kitab Kuning,” atau buku-buku Islam karangan para ulama di abad pertengahan. Salah satu di antaranya adalah dalam Tafsir Sowi.
Dalam kitab tersebut, tepatnya pada halaman 252 diterangkan asal-usul dari bangsa jin. Mereka berasal dari keturunan bangsa iblis atau Banul Jan yang tercipta dari sebuah bara api. Dari kelammnya keturunan atau moyang mereka, Allah SWT memberikan nilai lebih bagi bangsa jin yang telah insyaf atau bertaubat kepadaNya.
Di antara kelebihan tersebut, semua bangsa jin yang boleh bertaubat mereka tak akan lagi berbuat dholim kepadaNya, dan semua tergolong ahli surga di kemudian hari nanti, bersama dengan pengikut setia Kanjeng Rasullah SAW.
Kisah ibadahnya bangsa jin memang sulit dibuktikan karena bersifat gaib. Namun tentunya, bagi orang-orang pilihan mudah saja untuk masuk dan melihat keberadaan alam jin beserta para penghuniya. Semua akibat kemampuan supranaturalis mereka, tentunya.
Disamping itu, ada juga orang-orang tertentu yang diberi hidayah oleh Allah SWT, sehingga tanpa melalui proses belajar dirinya bisa berinteraksi dengan bangsa jin. Memang, kasus semacam ini sangatlah langka.
Sebagai pembuktian tentang ibadahnya bangsa jin, Penulis kali ini akan menceritakan sepenggal kisah nyata yang saya alami sendiri. Perisnya berlangsung pada tahun 1999 silam, tepatnya tujuh hari sebelum menjelang tibanya bulan Ramadhan nan suci mulia.
Pada waktu itu, kehidupan Penulis memang tengah karut marut dalam perekonomian. Akibat usaha perniagaan batik yang jatuh pailit terbadai krisis ekonomi, banyak sekali utang kepada klien yang belum dapat terlunasi. Akibatnya, aku selalu dicari oleh beberapa penagih. Karena kondisi tersebut, ditambah lagi akibat kehidupan yang tiada seimbang, maka akhirnya membuatku nekad untuk menjalani ritual mendatangkan dana gaib yang pernah diajarkan oleh seorang guru ilmu gaib kepadaku.
Mulanya, Penulis memang sedikit ragu untuk melakukan ritual nyleneh yang sulit dibuktikan keabsahannya ini. Namun, tekanan demi tekanan yang datang bertubi-tubi, toh akhirnya memaksa saya untuk berbulat tekad. Pada suatu hari, kusiapkan berbagai sarana untuk pemanggilan gaib. Agar bertambah khidmat, sengaja kupinjam juga rumah kosong kepunyaan temanku yang sudah lama tidak ditempati karena rusak.
Singkat cerita, malam itu dengan tanpa penerangan sedikitpun, Penulis memulai ritual dengan suatu tekad mencapai keberhasilan. Sebelum mendapatkan sesuatu, aku berjanji pada diri sendiri akan terus berpuasa siang maupum malam, sehingga apa yang kupinta bener-bener menjelma di hadapanku.
Menjelang malam yang ketiga, sebuah sinar terang tiba-tiba masuk di kamar tempatku berkhalwat. Lambat laun, cahaya tersebut menjelma menjadi dua sosok manusia berusia tua. Ya, mungkin usianya sekitar 60 tahunan. Penampilan mereka sangat bersahaja.
Mereka memberi salam kepadaku, dan aku menyambutnya dengan takzim. Lalu, mereka berbicara dengan penuh wibawa, sehingga membuatku tertegun dan tidak bisa berkata walau sepatahpun.
“Wahai anak manusia, jangan kau teruskan untuk meminta yang bukan menjadi milikmu. Ingat, bulan suci akan datang, sambutlah dengan kekhusukan beribadalah!” Kata Bapak yang satu.
“Wahai anak manusia, jangan kau kotori bulan yang penuh kesucian ini dengan keduniawian yang tiada berpahala. Ingat, keagungan bulan suci ini lebih nikmat dan lebih besar pahalanya dibanding dengan semua alam semesta!” Kata Bapak yang satunya.
Begitulah kurang lebih kata-kata mereka, dan setelah itu mereka raib dari pandanganku.
Setelah raibnya mereka, Penulis baru tersentak kaget. Ternyata semua yang terjadi bukanlah hanya mimpi, melainkan kenyataan. Dengan Kebesaran dan KemahakuasaanNya, Allah SWT telah mempertemukan aku dengan kedua makhlukNya yang agung itu.
Tapi benarkah apa yang dikatakan oleh kedua sosok Bapak yang baru belakangan kuketahui sebagai utusan dari bangsa jin itu, bahwa keduniawiaan yang kuharapkan sesungguhnya tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan nikmat berpuasa di bulan Ramadhan?
Sifat-sifat kemanusiaan Penulis selaku manusia yang serakah dan selalu penasaran ternyata meragukan perkataan bijak itu. Ya, walau saya sudah diperingati agar jangan meneruskan ritual mengambil dana di alam gaib, namun pada akhirnya saya tetap saja membandel.
Dengan benak yang kotor dan penuh hasrat duniawi, saya kemudian malah menterjemahkan bahwa kedatangan kedua sosok menyerupai Bapak-bapak tadi, yang tentu saja berasal dari bangsa gaib, adalah suatu cobaan bagi seorang ritualis. Dan hal tersebut sebagai pertanda keberhasilan yang akan diraih.
Setelah berpikir demikian, tepatnya sekitar setengah jam setelah fenomena gaib itu terjadi, maka pada malam yang sama penulis kembali melakukan ritualnya. Bahkan kali ini dengan semangat yang kian membara, karena merasa yakin bahwa keberhasilan sudah nampak di depan mata.
Mungkin karena sikapku yang menentang ini, maka membuat kedua mahluk dari alam lain itu sangat marah kepadakku. Buktinya, baru sekitar 10 menit aku memulai ritual dengan melafadzkan mantera-mantera dan dzikir, maka tiba-tiba kedua sosok makhluk itu mengangkat tubuhku, lalu membawaku terbang dengan kecepatan seperti layaknya kilat.
Tak dapat Penulis lukiskan dengan kata-kata bagaimana kecepatan dan suasana perjalanan itu. Yang pasti, ternyata mereka membwaku ke sebuah alam padang pasir yang dipenuhi oleh berjuta manusia, atau setidaknya makhluk-makhluk yang menyerupai manusia.
Penulis terpana melihat suasana yang serba aneh dan menakjubkan itu. Terlebih ketika kudengar gemuruh suara mereka melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an, yang sepertinya menggema ke seluruh jagat raya. Sikap mereka yang khusyuk dan tawadhu membuat hatiku tergetar, sehingga tak terasa air mataku jatuh menitik. Betapa indah perkumpulan para jamaah yang mendambakan makna syafaat itu. Setidak kulihat jelas dari raut muka para jemaah itu yang seluruhnya bercahaya kemilau.
Di saat Penulis diajak berjalan-jalan di antara para jamaah itu, saya juga melihat para ibu serta anak-anak yang ikut bergerombol bersama kaum lelaki dewasa. Mereka semuanya melantunkan Sholawat badar, serta menyambut gempita dengan seruan: “marhaban ahlan ya syahru romdhon min afdholin niímat”, yang artinya: “Selamat datang wahai bulan suci ramadhan yang penuh kenikmatan.”
Dari perhelataan akbar para jamaah yang seluruhnya berpakaian putih kemilau itu, penulis kemudian dijak oleh kedua orang yang membawaku, yang kemudian kuketahui ternyata bernama Muhammad Suaib Al Bar’ah dan Muhammad Ya’kub Al Ajro, ke sebuah masjid yang sangat indah. Karena begitu indahnya sehingga sulit bagiku untuk melukiskannya dengan kata-kata. Yang pasti, masjid ini kemilau dihiasi oleh batu-batu alam yang seumur hidup tak pernah kulihat di alam dunia ini.
Yang membuatku semakin takzim, sehingga air mataku tak pernah berhenti menitik, adalah ketika kulihat orang-orang di dalam masjid itu seluruhnya terdiam sambil menunduk khusyuk. Mereka sepertinya sedang terlena dalam indahnya pendekata diri pada Sang Maha Kuasa, Allah SWT.
Setelah diajak berkeliling masjid yang indah tiada tara itu, Muhammad Suaib Al Bar’ah dan Muhammad Ya’kub Al Ajro, yang keduanya di alam jin memiliki kedudukan sebagai ulama, kembali menarik tanganku, lalu membawaku kembali terbang dengan kecepatan laksana kilat. Sekejap kemudian, Penulis merasakan sekujur tubuh menjadi dingin. Aneh, saat membuka mata, ternyata kudapatkan diriku berada di dekat sungai di sebuah perkampungan kumuh yang ada di pinggiran Cirebon. Waktu itu keadaan masih tengah malam buta.
Mengapa aku tidak kembali di salah satu kamar di dalam rumah kosong milik temanku yang semula kujadikan tempat berkhalwat? Mengapa aku dikembalikan oleh Muhammad Suaib Al Bar’ah dan Muhammad Ya’kub Al Ajro ke alam nyata dengan mengambil lokasi di tengah perkampungan kumuh dan di tepi sungai yang berair sangat kotor?
Kenyataan inilah yang membuatku tersadar bahwa sesungguhnya kenikmatan yang utama adalah kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu, sehingga apapun yang sedang kita hadapi akan selalu terasa nikmat dibuatnya. Perkampungan kumuh agaknya dimaksudkan bahwa masih banyak anak manusia yang keadaannya lebih buruk dariku. Sedangkan sungai comberan rupanya sebuah simbol bahwa kehidupan ini seperti air bening, yang akan kotor dengan sendirinya bila kita memang mengotorinya dengan dosa-dosa.
Tengah malam nan pekat itu, dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki, aku pulang ke rumahku yang amat bersahaja dengan berjalan tertatih-tatih. Kedatanganku langsung disambut isak tangis keluarga dan isteri tercinta. Kata mereka, sudah dua hari aku menghilang.
“Sewaktu aku mengantar makanan dan minuman untuk Kakang berbuka puasa, ternyata Kakang sudah tidak ada lagi di rumah itu. Karenanya kami semua panik mencari-cari Kakang!” Demikian cerita isteriku.
Subhanallah! Hanya kalimat suci ini yang meluncur dari mulutku. Mengapa perjalanan yang terasa amat singkat itu ternyata telah memakan waktu 2X24 jam di alam manusia? Hanyalah Allah-lah yang tahu jawabannya.
Dua hari Penulis menjelajahi ke alam jin dan melihat suasana mereka menyambut Ramadhan, kuyakini sebagai sebuah hidayah Allah SWT yang senantiasa memberi keberkahan kepada makhlukNya. Intinya, aku jadi paham akan segala kehidupan alam jin. Dan pada akhirnya peristiwa gaib ini membuatku semakin takwa dan tawadhu kepadaNya. Ya, Inya Allah…!
Selengkapnya...klik disini>>>>
Category: 0 komentar
Related Posts with Thumbnails