Apakah seks membutuhkan cinta? Apakah ada cinta tanpa nafsu dan seks?
Perkara klasik, apakah cinta berawal dari nafsu, atau nafsu ditimbulkan oleh cinta? Apakah seks merupakan konsekuensi dari nafsu, atau konsekuensi dari cinta? Apakah seks membutuhkan cinta? Apakah ada cinta tanpa nafsu dan seks? Bagaimana dengan Anda? Cinta dan nafsu adalah dua hal yg melekat dalam diri manusia. Keduanya bagai dua sisi mata pedang yang sangat bertolak belakang, namun selalu hadir bersama.
Cinta datang dengan penuh keindahan sedangkan nafsu datang dengan penuh gelora, tapi tak dapat dipungkiri selalu pada akhirnya memotong iman dengan sekali tebasan.
Sesungguhnya cinta & nafsu sudah ada tempatnya sendiri. Mengulas kisah dua anak manusia yang memadu kasih memang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Hal ini pula kiranya yang mendasari maraknya pemberitaan baik itu di media cetak maupun elektronik ketika ditemukan video yang 'mempertemukan' kedua jiwa yang sedang 'asyik, kaasmaran, terlebih itu dilakukan oleh selebritas tanah air.
Ya, saat ini memang banyak muda-mudi yang asyik masyuk terseret dalam arus pergaulan bebas. Pacaran seolah menjadi budaya dan nuansa baru bagi mereka untuk menuangkan rasa cinta pada sang kekasih.
Jika ada seorang gadis atau janda yang berkata pada kekasih atau selingkuhannya, “Kuserahkan segala milikku untukmu sebagi bukti cintaku padamu…” Dia menganggap itu sebagai sebuah pengorbanan karena cinta. Tapi begitukah pengorbanan untuk cinta? Ataukah itu untuk nafsu?
Ada seorang pemuda menanyakan pada pacarnya, “Bila kau benar cinta padaku, apa buktinya?” Atau dalam kesempatan lain, “Sebagai bukti cinta, maukah kau kucium, kupeluk… dan seterusnya.
”Atau dalam kasus lain, jika yang minta ini itu adalah sang gadis, dan ketika si pemuda menolaknya lantas dibilang pengecut. Apakah harus begitu membuktikan cinta? Cinta itu anugrah, ia datang secara tiba-tiba.
Dalam drama kehidupan ini seringkali terjadi apa yang sering diistilahkan 'bertepuk sebelah tangan', kita sangat mencintai seseorang tapi dia tidak mencintai kita atau mungkin sebaliknya ada orang yang begitu mencintai kita tapi apa hendak dikata rasa itu tak muncul juga.
Dalam hal ini cinta memang misteri, ia fitrah suci karunia ilahi kepada manusia yang harus dijaga dan diarahkan. Cinta selamanya suci dan mulia bila ia dimiliki oleh seorang “pecinta sejati”.
Jadi, jangan katakan ‘cinta’ jika kita tidak bisa memaknainya dengan makna yang sebenarnya. Jangan samakan cinta dengan nafsu hanya karena kita kurang kendali diri.
Jangan mengkambinghitamkan cinta sebagai sarana pelampiasan nafsu. Dan yang lebih penting lagi, pergaulan bebas tak akan terjadi bila muda-mudi kita bisa memaknai cinta dengan sebenarnya dan memegang teguh ajaran agama dengan istiqomah (konsisten) sampai tiba masanya gerbang pernikahan terbuka. (adi)
0 komentar:
Posting Komentar